Posts Subscribe to This BlogComments

Follow Us

Google Translate
Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese English French German Spain Italian Dutch

Minggu, 28 Agustus 2011

Sebuah Senyuman Bisa Mengungkap Jadi Diri Seseorang

Sebuah senyuman boleh dikatakan sebagai ekspresi wajah yang paling sering dipelajari. Mengapa demikian? Karena senyuman memiliki makna yang dalam untuk hidup seseorang. Marianne LaFrance, PhD, profesor bidang psikologi dari Universitas Yale, yang juga penulis buku Lip Service, melakukan penelitian berdasarkan studi biologi, antropologi, bahkan ilmu komputer mengenai senyuman ini. Dalam penelitian terbarunya itu, LaFrance mengungkapkan enam fakta mengenai senyuman yang perlu Anda ketahui. 
 
Orang yang suka tersenyum lebar umurnya lebih panjang
 Peneliti memaparkan sebuah studi yang antara lain menyebutkan bagaimana mereka menganalisa foto dari 230 pemain bisbol yang dimuat di Baseball Register. Dari foto-foto tersebut, terlihat bahwa rata-rata pria dengan senyuman lebar dan cemerlang hidup 4,9 tahun lebih lama daripada mereka yang hanya tersenyum sepintas, dan 7 tahun lebih lama daripada mereka yang tidak tersenyum sama sekali. Tentu saja, senyum lebar tak selalu bisa dikaitkan dengan umur panjang, namun sebuah senyuman menunjukkan perasaan yang positif, dan perasaan yang positif berhubungan dengan kehidupan yang sejahtera.


 
Senyum memancarkan suatu kekuatan yang tersembunyi
 Misalnya begini, ketika seseorang menampilkan senyuman yang begitu cepat menghilang (karena mungkin durasinya hanya sepersekian detik), orang lain akan susah menangkap senyuman tersebut. Namun bagi orang yang selalu tersenyum, dunia selalu dipandang lebih menyenangkan. Cerita yang membosankan bisa jadi lebih menarik, gambar-gambar yang netral terlihat lebih positif, bahkan minuman yang tawar bisa terasa lebih bercita rasa. 
 
Kebahagiaan terdiri atas tiga tingkatan
Sebuah artikel di British Medical Journal melaporkan bahwa cinta memang sangat mungkin disebarkan. Ketika seseorang sedang bahagia, perasaannya yang positif bisa ditransfer kepada orang-orang yang ada di lingkarannya melalui jejaring sosial. Jadi ketika Anda tersenyum, teman dari teman Anda pun bisa ikut tersenyum.
 
Ada dua tipe senyuman
Senyum yang tulus dan senyum yang palsu diatur oleh dua jalur saraf yang berbeda. Oleh karena itu orang yang bagian tertentu dari otaknya mengalami kerusakan pun masih dapat menampakkan senyuman spontan meskipun mereka tidak mampu tersenyum dengan kemauannya. Para peneliti berspekulasi bahwa nenek moyang kita mengembangkan sirkuit saraf untuk memaksa senyuman karena secara evolusioner hal itu menguntungkan untuk menutupi ketakutan dan kemarahan mereka.
 
Untuk mengetahui senyuman palsu seseorang, amati matanya
Orang yang tersenyum tulus, otot-otot wajahnya yang disebut orbicularis oculi tanpa sengaja akan berkontraksi, membuat kulit di sekitar matanya berkerut. Kebanyakan dari kita tidak mampu menggerakkan otot-otot ini dengan bebas. Artinya, ketika seseorang memalsukan senyumannya,otot-otot orbicularis oculi-nya tidak akan bergerak.

Senyum itu mempunyai "aksen". 
Budaya ternyata juga mempengaruhi cara orang tersenyum. Orang Amerika, misalnya, saat tersenyum berfokus pada gerakan mulutnya. Hal ini bertentangan dengan orang Jepang yang mengutamakan senyumannya di bagian mata.
 
semoga bermanfaat :))
Share read more

Jumat, 26 Agustus 2011

Dunia Belum Berakhir Tahun 2012 !






CALIFORNIA - Spekulasi yang menyebutkan peradaban bakal berakhir pada 2012 tidaklah benar. Isu mengenai adanya bintang besar yang akan menyerang bumi di tahun 2012 belum bisa dibuktikan.

Para peneliti berpendapat, saat ini tidak ada dokumentasi dalam penelitian yang mampu mengidentifikasi jenis ancaman yag terlihat sebesar itu. Mereka yang berpendapat bahwa bintang ini nyata dan mampu menarik asteroid masuk ke dalam tata surya sama sekali tidak memiliki bukti hingga kini.

Ketika gagasan mengenai Nemesis pertama kali muncul, gagasan ini digunakan untuk menjelaskan apa yang para ahli sebut sebagai periodisitas kepunahan massal di Bumi. Dengan kata lain, setelah menganalisis interval di mana ada lima gejala mengenai terjadinya peristiwa kepunahan besar, para ilmuwan ini berpikir bahwa mereka telah melihat sebuah pola. Demikian seperti dikutip Softpedia, Rabu (10/8/2011).

Namun sampai hari ini belum ada yang mampu menunjukkan bukti bahwa Nemesis mengorbit di Awan Oort komet, beberapa astronomical units (AU) dari Matahari. AU sendiri adalah jarak rata-rata antara Matahari dan Bumi, yaitu sekira 93 juta mil.

Para pemikir yang mendukung teori Nemesis menyatakan bahwa objek tersebut mengorbit sangat jauh dari matahari, namun entah bagaimana benda yang cukup besar tersebut bisa menyenggol komet. Objek diyakini bertanggung jawab atas komet yang secara berkala dikirim ke tata surya yang merupakan bagian dari awan.

Bailer-Jones (astronomi di Heidelberg) menggunakan alat statistik yang dikenal sebagai analisis Bayesian untuk mempelajari tingkat di mana peristiwa kepunahan massal terjadi selama 250 juta tahun terakhir, tetapi semuanya tidak dapat menemukan jenis pola yang dapat mengindikasikan adanya Nemesis.

Sama seperti teori konspirasi yang diusulkan planet Nibiru, Nemesis tampaknya menjadi isapan jempol dari imajinasi seseorang. Jika salah satu dari dua benda benar-benar ada, ini merupakan kemustahilan astronomi, karena kedua benda tersebut harusnya sudah terdeteksi sejak lama.

"Dari catatan, tidak ada bukti untuk Nemesis. Sesuatu yang tersisa adalah pertanyaan menarik atau tidak adanya dampak yang sering terjadi selama 250 juta tahun terakhir," simpul Bailer-Jones.


semoga bermanfaat :)
Share read more

Shoutmix


ShoutMix chat widget
 

Follower